"politics without principle, wealth without work, pleasure without conscience, knowledge without character, commerce without morality, science without humanity, worship without sacrifice." (Seven Social Sins, Mahatma Gandhi - 1925).

Rabu, 26 Juni 2013

Kompetisi: Bukan Sekadar Menang Kalah

Kehidupan adalah sebuah roda yang terus bergulir. Rangkaian waktu yang terus berkesinambungan. Di dalamnya terdapat kompetisi-kompetisi yang secara bergantian ikut serta mengiringinya. Terkadang secara langsung kita memang berada dalam kompetisi, seperti perlombaan. Terkadang juga kita tidak sadar bahwa selama ini setiap hari, secara tidak langsung kita terus berkompetisi.

Mengejar mimpi agar esok semakin baik bukankah termasuk kompetisi yang harus terus diupayakan?

Minggu ini kesibukanku penuh dengan kompetisi yang amat sangat. Secara profesional aku harus bisa mengelola dengan amat baik, secara personal juga demikian. Memang tidak mudah, terkadang diselimuti dengan derai air mata #Lebay hehehe

 Anandaku mengikuti banyak latihan untuk persiapan menghadapi lomba di sebuah sekolah swastar terkenal di Jakarta Selatan. Kebetulan ada sekolah swasta lain yang mengajak untuk latihan gabungan Futsal. Meskipun jauh dari sekolah kami (di daerah Tebet sementara sekolah kami di daerah Lebak Bulus) namun, kami memutuskan untuk tetap menerima tawaran tersebut. Selain untuk menambah pengalaman, juga dalam rangka persiapan tuk menghadapi lomba.

Saat perjalanan menuju ke lokasi, ananda sudah mulai berkata “waaah... kapan sampainya yaa..? dan aku cuma berkata “memang kan lokasinya jauh, jadi kita harus bagaimana?” Kata mereka “harus sabarrrrrrrr” aku hanya senyum-senyum simpul.

Akhirnya kami sampai juga. Ananda melakukan pemanasan kecil kemudian menyiapkan diri. Pelatih membriefing sebentar kemudian mulailah permainan tim pertama.

Tim pertama kami memulai dengan gol yang sangat indah. Tendangan sudut ananda Ravi menciptakan sebuah gol. Kamipun bersorak-sorak kegirangan. Kemudian apa yang terjadi....??? gol demi gol menghiasi gawang kami, sehingga kedudukan berakhir 2-4.

2 untuk tim kami dan 4 untuk tim lawan.

Kemudian bergantian, tim kami yang kedua mulai bermain. Tim yang pertama beristirahat, ada ananda yang terlihat murung sehingga tiba-tiba bilang “bu, aku pusing!” tapi ada juga yang nyantai aja. Yah itulah ananda, mereka mengekspresikan kekalahan dengan cara yang beraneka ragam.

Saat  tim kedua bermain, kami tetap memberi dukungan. Daan ternyata hasil tim kedua 7-2. Hmmm.... 7 untuk tim lawan dan 2 untuk tim kami. Hihihihi..

Setelah selesai permainan, antar tim saling bersalaman dan melempar senyum. Sebagai kenang-kenangan kami berfoto bersama.. “ayo semua siap yaa... Cis kacang buuuuunnnn....” kata mereka “ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiis” hehehe

Setelah berfoto, ananda kami kumpulkan sebentar untuk membahas permainan tadi..

Kemudian aku berkata “Menang atau kalah adalah....??? ananda melanjutkan  “hal yang. Biasaaaaaa!!!” yang penting kita bermain dengan senang!!

Setelah itu kami yel yel bersama. Menyebutkan nama sekolah kami. Kemudian kami pun pulang dengan riang gembira.

Sepanjang perjalanan pulang, ananda tidak terlihat kesal ataupun murung, malah mereka bermain-main, bercanda-canda daaaaaan bahkan ada yang inisiatif untuk solat Asar di mobil.. hehehe luar biasa!! Akhirnya kami bertayamum dan solat ashar di mobil. Untuk membunuh waktu karena macet, mereka terus bermain, seperti tidak merasa capai, bahkan kekalahan tadipun sudah terlupakan (mereka sama sekali tidak membahas itu selama perjalanan pulang).

Mereka mulai memahami bahwa setiap kompetisi memang ada yang menang dan ada yang kalah. Itu adalah hal yang biasa. Namun, yang paling penting mereka sudah bermain dengan riang, berupaya keras, tidak menyerah dan yang terpenting bermain sportif saat perlombaan.

Akhirnya, moment hari itu semoga membawa pengalaman bermakna bagi mereka. Agar kelak saat dewasa, jika nanti mengikuti perlombaan bola atau perlombaan yang lainnya kemudian mengalami kekalahan, tidak bersikap kecil hati dan melakukan tindakan anarki bahkan curang terhadap lawan. Tidak seperti yang sering terjadi saat ini, perlombaan bola dihujani kartu kuning atau merah karena para pemain saling melukai dengan cara-cara yang kasar. Bahkan penontonpun ikut memperkeruh keadaan dengan saling melempar batu atau benda yang lainnya. Akhirnya tak jarang sebuah perlombaan harus dihentikan bahkan ditunda.

Kompetisi bukanlah hanya sekedar menang atau kalau, namun lebih dari itu. Menerima hasil yang terbaik setelah berupaya keras, kemudian berbesar hati jika hasil tidak sesuai dengan yang diharapkan dan juga tidak patah semangat untuk terus berlatih. Hal tersebut adalah nilai-nilai yang harus terus ditanamkan sejak dini. Karena anak, adalah masa depan kita. Masa depan bangsa kita tercinta. Semoga nilai-nilai tersebut terus tertanam hingga mereka besar nanti. Amin.

Isma Bonita Sari, mengajar di sekolah Gemala Ananda, semasa kuliah aktif di Forum Studi MaKAR

0 komentar:

Posting Komentar