"politics without principle, wealth without work, pleasure without conscience, knowledge without character, commerce without morality, science without humanity, worship without sacrifice." (Seven Social Sins, Mahatma Gandhi - 1925).

Senin, 24 Oktober 2011

“Occupy Wall Street” Movement

Kita mungkin masih ingat ketika sebagian masyarakat golongan kaya Amerika Serikat menyadari kesalahan mereka dalam praktik ekonomi mereka di Amerika Serikat. Dengan banyaknya keuntungan yang mereka dapat dari usaha atau perusahaan korporasi, entah datang darimana, kesadaran itu muncul dari diri mereka untuk memberikan kembali apa yang telah mereka dapatkan dari bisnis mereka. Krisis ekonomi dan degradasi kualitas hidup rakyat Amerika di pelbagai sektor menambah internal conflict dalam diri mereka untuk melakukan sesuatu yang positip bagi negara mereka.

Kebijakan Obama dengan menaikkan jumlah pajak bagi mereka yang berpenghasilan tinggi memang menimbulkan pro dan kontra. Uniknya, dulu, ketika kebijakan yang sama muncul, lebih banyak kontra yang mayoritas muncul dari kalangan elit Amerika. Akan tetapi, pro terhadap kebijakan ini ternyata mendapat dukungan dari sebagian para pengusaha elit. Kelompok ini menamakan diri mereka dengan sebutan Patriotic Millionaires dengan slogan mereka “put our country ahead of politics” (kedepankan kepentingan bangsa daripada politik). Kebijakan yang diberi nama Buffet Rules mendapat dukungan sekitar 73% rakyat Amerika menurut sebuah hasil survei. Di sisi lain, ada juga konglomerlat yang berkeberatan dengan kebijakan tersebut dan berencana untuk dan ada yang sudah memindahkan bisnis ke regional yang memiliki aturan pajak yang lebih ringan.

Masih terekam juga dalam memori kita mengenai gerakan Tea Party di Amerika; sebuah gerakan populis yang ditengarai sebagai sebuah gerakan yang menentang kenaikan pajak. Gerakan yang didominasi kalangan tua dan konservatip ini mendapat sambutan yang cukup kuat di Amerika Serikat. Namun, sangat disayangkan sifat gerakan “populis” Tea Party yang mereka dengungkan pada akhirnya hanya menjadi bagian dari koalisi Partai Republik. Perbedaan signifikan gerakan ini dengan gerakan pendudukan Wall Street terletak di ranah ideologi.

Tea Party dapat diketegorikan sebagai gerakan konservatip, libertarian, cenderung rasis, anglosentris, elitis dan condong fanatik terhadap agama tertentu. Sedangkan Occupy Wall Street masuk dalam kategori kiri cenderung bervisikan paham anarcho; sebuah gerakan dengan pola kepemimpinan komunal. Akan tetapi, gerakan terakhir menganggap gerakan mereka bukanlah bagian dari ideologi manapun karena klaim yang didengungkan merupakan gerakan populis-anarcho; sebuah gerakan kesadaran dan pencerahan dengan tujuan perbaikan atas sistem yang gagal dan memposisikan diri mereka bukan sebagai bagian dari Republik maupun Demokrat.

Fenomena ini akibat dari semakin menurunnya citra pemeritah; kampanye perang melawan terorisme yang terlalu membabi buta yang tidak hanya menyedot devisa negara tapi juga membengkaknya hutang negara; sebesar $14 triliun. Rakyat Amerika pun akhirnya sadar, jauh paska tragedi 911, kampanye anti terorisme hanyalah sebuah strategi belaka perburuan energi dan akumulasi capital dalam industri militer. Di tambah lagi, kegagalan dalam menangani bank-bank bermasalah yang berujung pada krisis keuangan di tahun 2008 membuat muak rakyat Amerika.

Berdasarkan beberapa sumber, Adbusters yang memberikan seruan pertama di pertengahan Juli, dan juga memproduksi poster seksi seorang balerina berdiri di atas seekor patung Kerbau dan polisi anti huru-hara sebagai latar belakangnya. Adbuster adalah sebuah organisasi non profit, anti-konsumeris, pro-lingkungan yang didirikan di tahun 1989 oleh Kalle Lasn dan Bill Schmalz di Vancouver, British Columbia, Canada. Lembaga ini merupakan sekumpulan jaringan seniman dunia, aktivis, penulis, mahasiswa, pendidik/guru, entrepreneur yang menginginkan kemajuan gerakan aktivis sosial baru di era informasi.

Perencanaan dan implementasi gerakan pendudukan Wall Street melibatkan banyak figur dan pihak. Salah satunya adalah Alexa O’Brien, seorang ahli strategi kreasi IT berbasis utama di internet yang melakukan banyak kerja-kerja lapangan di awal dan tweeting. Lebih banyak lagi figur tanpa nama (anonymous) yang bergabung di akhir Agustus. Di New York, sebagian besar perencanaan dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di Rapat Umum Kota New York meliputi sekumpulan aktivis, artis, dan pelajar/mahasiswa yang pertama kali dipertemukan oleh kawan-kawan yang selama ini terlibat dalam Gerakan New Yorker Melawan Pemotongan Anggaran (New Yorkers against Budget Cuts). Dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu orang atau satu kelompok saja yang menjalankan Pendudukan Wall Street.

Gerakan Pendudukan Wall Street bertujuan untuk memaksa otoritas untuk memberikan konsensus seperti yang terjadi di Spanyol, Yunani dan Mesir dan tidak ada yang mengetahui secara pasti berapa orang yang akan terlibat dalam aksi ini atau bagaimana segala sesuatunya akan berubah. Akan tetapi, para demonstran berkeyakinan jika mereka bersatu, ada potensi untuk mentransformasikan proses politik yang korup yang gandrung akan keuntungan materi belaka dengan proses politik masyarakat berbasis kebutuhan manusia.

Siapa yang menyangka setahun lalu rakyat Tunisia dan rakyat Mesir akan menggulingkan pemerintah diktator di sana? Di Plaza Liberty, dataran rendah Manhattan, ribuan orang berkumpul tiap hari untuk berdebat, berdiskusi dan mengorganisir apa yang harus dilakukan terhadap sistem gagal yang membiarkan 400 orang berada dalam tampuk piramida masyarakat sedangkan 180 juta sisanya berada di level bawah strata sosial. Suatu hal yang fenomenal melihat perayaan demokrasi seperti ini dapat merubah arah suatu kebiasaan pandangan politik dan media kepada Kepolisian Kota New York yang menerjunkan ratusan petugas kepolisian untuk mengurung dan mengintimidasi demontran damai dan dapat seenaknya menangkap mereka.

Meskipun hingga sampai beberapa waktu, mereka belum menangkap seorangpun karena menyerang atau menangkap kerumunan masa damai yang berkumpul di tempat umum dan meneriakkan demokrasi ekonomi sejati, bukan demokrasi politik an sich akan mengangkat kembali derita lama sejarah para otokrat arab yang secara brutal memperlakukan rakyat yang menginginkan keadilan, sebelum mereka luluh lantah pada momentum Arab Spring. Munculnya fakta kekerasan sudah berimbas balik kepada pemerintah setelah polisi menyerang parade hari Sabtu di Plaza Liberty dan menyebabkan semakin membludaknya kerumunan masa dan bertambahnya ketertarikan media.

Rapat Umum NYC benar-benar sangat jelas dengan tujuan; tidak dengan mengajukan berkas UU atau memulai revolusi, akan tetapi lebih pada membangun suatu jenis pergerakan baru. Pendudukan ini diharapkan dapat membangkitkan rapat-rapat umum serupa di seluruh kota dan di seluruh dunia yang akan menjadi basis baru bagi pengorganisasian politik melawan pengaruh luar biasa uang korporasi. Pendudukan Wall Street telah berhasil mengungkap bagaimana koorporasi, para politisi, media masa, dan polisi gagal memberikan hal positip bagi kemanusiaan. Para pemimpin di Amerika Serikat hanya mampu memberikan harapan akan menaikkan pajak yang tinggi bagi mereka yang notabene hanya satu potong kue kecil dari penghasilan mereka tiap tahunnya.

Gerakan yang dimulai bulan lalu oleh segelintir pemuda dengan mendirikan tenda di depan Bursa Efek New York, telah meluas menjadi gerakan berskala nasional. Sebuah gerakan lintas batas yang melibatkan beberapa aktivis, mahasiswa, serikat pekerja, dan buruh yang dipecat dari perusahaan. Aksi ini juga menyebar ke Philadelphia, Salt Lake City, Los Angeles, dan Anchorage, Alaska.

Para demonstran kecewa dengan mengkritik kurang ngototnya Presiden Obama, Obama dianggap gagal menindak bank-bank setelah krisis hipotek tahun 2008 yang menyebabkab krisis keuangan. Para aktivis menyatakan frustrasi mereka yang mendalam atas kebuntuan politik Washington yang didominasi Demokrat. Sebagian lain menyalahkan Republik karena memblokade reformasi yang ingin dilakukan Obama. Para demontran menganggap tidak ada perbedaan antara George Bush dan Barack Obama, mereka memandang kondisi kelas menengah jauh, sekarang ini, lebih buruk daripada saat Obama terpilih. Para demonstran beranggap bahwa sistem di Amerika Serikat sudah rusak. Lebih dari 25 juta penduduk menganggur; lebih dari 50 juta hidup tanpa asuransi kesehatan; kemungkinan besar juga 100 juta berada dalam kategori miskin.

Mereka beranggapan seluruh bagian hidup mereka, mulai dari sistem kesehatan, pendidikan dan pekerjaan mereka hanya menambah kerakusan dan nafsu makan para kapitalis. Hal inilah yang menyebabkan semakin banyak orang bergabung dengan gerakan ini. Mereka yang berkeluh kesah kehilangan rumah mereka, menganggur tidak ada pekerjaan, gaji yang mencekik leher, membekaknya hutang demi sebuah cita cita mendapatkan pendidikan yang ideal dan hidup dalam kondisi kesehatan di bawah standar. Ini adalah fakta dan potret generasi Amerika yang dipaksa percaya kepada sistem yang mengkhianati mereka dan memaksa mereka melakukan rapat umum di wilayah publik Manhattan.

Rapat Umum telah menjadi badan pembuat keputusan de facto bagi pendudukan di Plaza Liberty, hanya beberapa blok ke utara Wall Street. Rapat Umum merupakan suatu sistem berdasarkan modifikasi konsensus yang horizontal, otonom, tanpa pemimpin, yang berakar dari pemikiran anarkis, dan ia serupa dengan berbagai rapat-rapat umum yang telah mendorong pergerakan sosial belakangan ini di seluruh dunia, di tempat-tempat seperti Argentina, Tahrir Square Mesir, Puerta del Sol Madrid, dll.

Berjuang untuk suatu konsensus memang benar-benar sangat sulit, membuat frustasi, dan sangat lambat. Tapi rakyat yang melakukan pendudukan terlihat sabar dalam melakukan perjuangannya. Seringkali mereka akhirnya baru dapat tiba pada konsensus terhadap beberapa isu, setelah berhari-hari mencoba dan perasaan dan semangat  yang muncul setelah itu rasanya luar biasa. Energi luar biasa selalu memenuhi plaza menyelimuti ratusan orang yang penuh semangat, berjiwa pemberontak, orang-orang yang kreatif, yang semuanya menuju satu kata; perubahan sosial.

Pada mulanya, seruan awal Adbusters bertemakan  “Apakah tuntutan kita?” Secara teknis, ketika itu, belum ada tuntutan apapun. Di minggu-minggu menuju 17 September, Rapat Umum Kota New York tampaknya mentransformasikan arah gerakan mereka dari ranah “tuntutan,” berdasarkan kondisi lembaga-lembaga pemerintah yang telah begitu dicekoki dengan uang korporasi sehingga membuat tuntutan-tuntutan spesifik menjadi tidak signifikan dan menunggu sampai pergerakan tumbuh menjadi lebih kuat secara politik. Malahan, untuk memulainya, mereka memilih membuat tuntutan menjadi pendudukan itu sendiri—walhasil, peseta demokrasi langsung terjadi di sana yang hasilnya bisa jadi, atau tidak, berupa tuntutan yang spesifik di kemudian hari.

Tindakan ini sebenarnya juga suatu pernyataan sikap yang kuat melawan korupsi, dimana Wall Street sebagai perwujudannya. Namun karena pemikiran yang muncul seringkali terlalu masif akibat banyaknya pertanyaan dari media massa Amerika mengenai tuntutan, terkadang membuat situasi gamang dan cair. Saat ini, Rapat Umum sedang menentukan bagaimana dapat melahirkan konsensus mengenai penyatuan tuntutan walaupun pemersatuan tuntutan dari gerakan ini sangat sukar untuk dilakukan. Akan tetapi, dialektika yang terjadi seperti diskusi intensip menarik untuk dicermati apalagi jika artikulasi dari gerakan ini mengarah pada ranah politik, entah menyatu dengan mainstream yang ada ataupun mendirikan kendaraan politik tersendiri.

Paska ajakaan awal Adbusters, diperkirakan sekitar 20.000 orang membanjiri Distrik Keuangan pada 17 September. Sepersepuluh dari angka yang disebut, diperkirakan hadir di sana. Kekuatan social network yang masif ‘menggempur’ media sosial, organisasi progresif tradisional, seperti serikat buruh dan kelompok-kelompok cinta damai, dan individu-individu yang merasa tidak nyaman dengan kondisi kehidupan mereka pun ikut terlibat dalam aksi tersebut. Memang banyak tantangan yang terjadi pada minggu-minggu pertama, namun, dengan penahanan yang terjadi hampir setiap hari, membuat wajah-wajah baru terus berdatangan, sementara mereka yang terjaring aparat dapat waktu untuk istirahat. Peliputan media setelah penahanan massal pada Sabtu 24 September kemudian serangan polisi, dan kemungkinan karena brutalitas polisi membuat lebih banyak orang datang.

Menurut seorang  profesor sejarah Universitas Georgetown dan penulis American Dreamers, Sejarah Sayap Kiri. Obama sebetulnya bisa mengambil sikap tegas, jauh lebih populis, agresif di awal melawan "bonus-bonus" Wall Street, menuntut perubahan tertentu dengan membantu bank. Akan tetapi dia tidak melakukannya yang berujung pada kondisi ekonomi yang belum juga membaik dan menggarisbawahi rasa frustrasi baik dari kalangan kanan dan kiri.”

Menarik untuk diperhatikan bahwa gerakan ini didukung oleh Partai Demokrat di sana. Ini bukan suatu hal luar biasa melihat kuatnya genggaman lobby Israel di Kongres yang selalu merongrong dengan lobbyist mereka untuk menggolkan kepentingan-kepentingan mereka di Amerika maupun global. Secara umum, masyarakat Amerika menyalahkan administratip sebelumnya; George W Bush, karena telah banyak merugikan rakyat Amerika demi perburuan energi yang membabi buta serta skandal likuiditas perusahaan investasi yang menguras habis devisa dan dana reserve mereka. Di situasi yang mencekik leher seperti ini, gerakan Demokrat untuk pendudukan Wall Street adalah suatu tindakan politik strategis tidak hanya untuk sekedar mencari nafas dari beragam persoalan yang mereka hadapai sekarang. Akan tetapi juga sebagai, tindakan kick back dengan mengkambing hitamkan partai Republik secara tidak langsung. Akan tetapi mereka, tidak peduli dengan dukungan dari pihak manapun yang masih bernoda dan beraroma mainstream lama.

Melihat kondisi bangsa Indonsesia dengan sistem kleptokrasinya sangat yang sudah sangat menggurita ini, mungkinkah gerakan serupa bisa terwujud di sini? apakah kita harus menunggu sampai negara kita mendapat label negara gagal di kancah global? apakah wacana pembentukan pemerintahan tandingan merupakan pra kondisi menuju kesana? atau, teringat dengan ucapan seorang sahabat, apakah kita harus menunggu "shopping nasional" datang dulu? bukankah kita sudah muak dengan proses politik korup dan praktik korupsi yang "gila-gilaan?." Apakaha harus ada Adbuster  a la Indonesia?
Wallahu a'lam,

Kp. Utan, Oktober 2011.


Oleh: M. Kholis Hamdy

0 komentar:

Posting Komentar